Klungkung, Baliinside.id – Wakil Gubernur Bali Prof. Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) memotivasi pedagang tradisional agar tak ragu memanfaatkan transaksi digital dalam melayani konsumen. Terlebih, Bank Indonesia (BI) saat ini tengah gencar mendorong pemanfaatan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dalam memudahkan pelaku usaha dalam transaksi digital. Hal itu disampaikan Wagub Cok Ace dalam sambutannya pada acara pencanangan Digitalisasi Kawasan Pusat Pasar Tenun dan Pasar Tradisional Klungkung, Senin (8/11/2021).
Dengan gaya bertutur, Wagub Cok Ace bercerita tentang apa yang ia amati selama masa pandemi Covid-19. “Hampir dua tahun kita berada dalam situasi mencekam akibat pandemi Covid-19 yang memberi tekanan berat pada sektor perekonomian Bali karena menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan,” ucapnya. Terhitung sejak bulan Maret 2020, wisatawan mulai dilarang masuk, ini berkaitan dengan upaya pengendalian penyebaran virus corona. Sejak saat itu, peluang usaha makin terbatas, berkurang dan hilang sehingga banyak pengusaha yang bergerak di sektor pariwisata seperti hotel dan restoran menutup sementara usaha mereka. Akibatnya, banyak pekerja sektor pariwisata yang dirumahkan atau bahkan terkena PHK. Wagub Cok Ace yang juga menjabat sebagai Ketua BPD PHRI Bali mencatat, tak kurang dari 4,4 persen pekerja pariwisata atau sebanyak 160 ribu karyawan hotel dan restoran dirumahkan, bahkan ada diantaranya yang di-PHK.
Di tengah beratnya situasi yang dihadapi, ia menyebut banyak dari mereka yang bisa bertahan dengan alternatif pekerjaan lain seperti usaha dagang dan kuliner. “Yang sebelumnya jadi tukang masak di hotel atau restoran, membuka usaha kuliner seperti nasi jinggo. Sementara yang sebelumnya menyuplai sayur ke hotel dan restoran, mereka menjajakan sayur di pinggir jalan,” imbuhnya.
Di awal masa pandemi, usaha mereka terbilang lancar karena sebagian masyarakat masih punya uang untuk berbelanja. Namun sejalan dengan makin memburuknya situasi ekonomi, banyak dari mereka yang tereleminasi. Yang menggembirakan, diantara mereka masih ada yang mampu bertahan, bahkan usaha yang dikelola makin berkembang. “Ada yang bisa tetap bertahan, bahkan usaha mereka makin berkembang. Tentu ini merupakan hal yang luar biasa dan saya tergelitik untuk mencari tahu apa yang membuat mereka bisa bertahan,” jelasnya. Guru Besar ISI Denpasar ini mencatat sejumlah hal yang membuat pelaku wirausaha baru itu bisa bertahan yaitu mengikuti selera pasar, memiliki human spirit seperti keramahtamahan saat berjualan dan yang tak kalah pentingnya adalah pemanfaatan media pemasaran online dan transaksi digital. Secara tidak langsung, menurut Cok Ace, kelompok yang bertahan adalah mereka yang telah menerapkan teori 4.0. Belajar dari pengalaman itu, ia mengajak para pelaku usaha khususnya di pusat tenun Pasar Semarapura Klungkung tak ragu memanfaatkan transaksi digital dengan penggunaan QRIS sesuai arahan Bank Indonesia. “Ini pasar tenun kan sudah sangat dikenal, pelanggannya banyak dari luar daerah dan pasti sangat paham transaksi digital. Masuk ke marketplace untuk mempromosikan produk-produk baru sehingga mereka bisa bertransaksi secara online,” tambahnya sembari mengatakan bahwa digitalisasi sebagai suatu keniscayaan yang mau tak mau harus diikuti.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho menyampaikan bahwa digitalisasi dalam proses transaksi adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa ditunda-tunda lagi. “Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang entah kapan akan benar-benar berakhir, digitalisasi tak bisa ditunda-tunda lagi. Kita tak bisa mengatakan belum siap dan tak boleh ada kata menyerah,” ujarnya. Lebih jauh ia menyebut, saat ini masyarakat cenderung berhati-hati dan sebisa mungkin menghindari transaksi tunai karena berkaitan dengan penerapan protokol kesehatan. Menyikapi situasi ini, ia mendorong pedagang pasar tradisional khususnya di pusat tenun Pasar Semarapura Klungkung untuk memanfaatkan digitalisasi dalam proses penjualan maupun pembayaran. Ditambahkan olehnya, saat ini BI terus berupaya mendorong digitalisasi dalam proses transaksi di pasar modern dan pasar tradisional. Hingga tanggal 29 Oktober 2021, sebanyak 355 ribu merchant di Bali telah memanfaatkan QRIS. “Target kita di Bali sebanyak 363 ribu dan saya kira akan tercapai pada minggu ini. Sementara target nasional sebanyak 12 juta merchant telah tercapai,” tambahnya. Secara khusus, ia mendorong percepatan digitalisasi pada pasar tradisional dan pelaku UMKM di Klungkung karena hingga saat ini baru 6.200 merchant di wilayah Bumi Serombotan yang tergabung dalam QRIS. “Secara resmi hari ini kita terapkan di tiga pasar yaitu Pasar Semarapura, Galiran dan Kusamba. Pak bupati mohon penggunaan QRIS bisa diperluas pada pelaku UMKM dan koperasi di Klungkung,” pintanya.
Apresiasi terhadap gerakan BI dalam proses digitalisasi di pasar tradisional diutarakan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta dan Anggota Komisi XI I Gusti Agung Rai Wirajaya. Bupati Suwirta menyampaikan terima kasih atas upaya digitalisasi yang gencar dilaksanakan jajaran Bank Indonesia. Menurutnya, digitalisasi dalam proses transaksi adalah sebuah kebutuhan di tengah situasi pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, ia berharap pedagang pasar tradisional segera beradaptasi dengan program ini. Sementara itu, Anggota Komisi XI Rai Wirajaya menilai BI telah melakukan langkah yang tepat untuk mempercepat digitatalisasi transaksi yang menjadi kebutuhan dewasa ini. Usai acara peresmian, Wagub Cok Ace dan undangan lainnya langsung melakukan uji coba transaksi digital menggunakan QRIS dengan membeli produk tenun di pasar tersebut. Acara peresmian juga dihadiri Kepala Ombudsman RI Perwakilan Bali Umar Ibnu Alkhatab dan perwakilan PT BPD Bali.