DENPASAR- Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan Bali sangat peduli pada geliat dan kegiatan kesenian modern di Pulau Dewata. Tak hanya sastra, namun juga teater, seni rupa, dan jenis kesenian lainnya. Hal ini terbukti dari Festival Bali Jani (FBJ) yang digelar perdana tahun 2019 lalu. Penyair Wayan Jengki Sunarta berharap di masa mendatang kepedulian ini semakin meningkat.
Kepedulian ini berimbas pada lahirnya benih seniman yang merupakan ruh kebudayaan Bali. Indikator lain tampak misalnya pada jumlah pementasan yang digelar pada Festival Bali Jani. Tak hanya menyasar kelompok profesional, FBJ juga menular ke kelompok-kelompok yang baru merambah kesenian.
“Ke depan mungkin perlu dipikirkan dana bantuan penerbitan buku untuk penulis sastra dan atau penulis seni lainnnya. Sebab kuantitas penerbitan buku sastra dan seni budaya kurang di Bali,” ucap Jengki. Dengan melibatkan tutor-tutor berpengalaman dan kompeten di bidangnya, tidak tertutup kemungkinan siswa SMA atau mahasiswa yang senang menulis memperoleh rang berkspresi “Bali bisa sekelas Jogja dalam penerbitan buku. Bali bisa menjadi surga buku.,” ungkapnya.
Selain urusan penerbitan, Jengki menilai perlu dirintis soal distribusi sekaligus membangun masyarakat pembeli dan pembaca. Pemprov bisa membuat kebijakan untuk sekolah atau instansi terkait kewajiban beli buku. Bisa juga membuat taman baca atau perpustakaan mini di masing-masing instansi. “Atau misalnya tiap desa adat punya perpustakaan atau taman baca plus buku-buku yang berkaitan dengan adat, budaya, sastra. Kan keren,” tandasnya sembari menyebut Pemprov Bali punya power untuk mengendalikan di desa adat. (IST )