Pohon Bunut Bolong merupakan salah satu pohon besar tertua yang ada di Bali. Pohon ini berada di Desa Manggisari, kabupaten Jembrana. Hal yang menjadi daya tarik pada pohon ini yaitu terdapat sebuah lubang besar alami pada akar-akarnya serta terdapat jalan yang bisa dilintasi oleh mobil bahkan truk dan bus berbadan besar sekalipun. Keunikan inilah menjadi hal menarik dan dijadikan tempat rekreasi, didukung lagi oleh pemandangan alam yang asri sehingga membuatnya menjadi salah satu objek wisata di kabupaten Jembrana.
Mayoritas masyarakat Bali sangat percaya dengan berbagai hal magis, seperti yang sering dilihat di Bali ada sejumlah pohon besar sering dipakaikan kain hitam putih kotak-kotak, karena dipercaya ada penunggunya. Agar penunggu pohon tersebut tidak mengganggu dan agar warga yang belum pernah ke tempat tersebut tidak bersikap sembarangan, maka dibuatkanlah tempat untuk melakukan persembahyangan, sebagai tanda bahwa tempat tersebut sebagai tempat keramat, sehingga orang-orang tidak berbuat sembarangan di area tersebut. Kawasan objek wisata Bunut Bolong ini sangat indah dan sejuk. Pohon ini sangat menarik untuk dinikmati, banyak warga yang datang hanya untuk berfoto ataupun bersantai di area ini. Tempat ini menjadi tujuan wisata alternatif selain pantai di wilayah Bali Barat.
Terdapat mitos yang berkembang, rombongan pengantin pantang melewati jalan di bawah pohon Bunut Bolong tersebut, jika itu dilanggar pernikahan pengantin tersebut dikhawatirkan gagal baik itu sebelum upacara pernikahan ataupun setelahnya. Pantangan juga berlaku bagi pasangan bulan madu untuk lewat di bawah pohon tersebut, jika itu dilanggar, hubungan mereka tidak akan harmonis lagi.
Selain itu, rombongan kematian seperti mobil jenazah ataupun saat prosesi ngaben berlangsung, tidak diperkenankan melintasi jalan di bawah Bunut Bolong, ini bisa dimaklumi karena pohon tersebut merupakan tempat yang dikeramatkan juga disucikan. Untuk itulah warga membuat jalan di samping pohon, untuk bisa dilintasi bagi mereka yang meyakini pantangan-pantangan tersebut. Terlepas hal-hal tersebut benar atau tidak, sebaiknya selalu menghormati apa yang sudah menjadi kepercayaan dari masyarakat setempat turun-temurun.