Oleh: Ni Made Chandra Widayanti, S.Pd.
(Guru SMP PGRI 3 Denpasar)
Bernalar adalah tantangan masa depan. Selama ini dunia pendidikan dari bangku SD hingga kuliah belum mengajarkan bernalar secara optimal di. Di Era Merdeka Belajar, metode penalaran menjadi salah satu metode penting untuk diterapkan di dunia pendidikan. Bernalar adalah suatau kegiatan pikiran untuk menarik sebuah kesimpulan. Kegiatan bernalar merupakan aspek penting dalam proses berpikir. Berpikir dan bernalar memiliki arti yang berbeda. Berpikir adalah suatu proses dimana otak manusia mengolah dan menterjemahkan sebuah informasi. Sedangkan, bernalar adalah suatu proses berpikir dalam menarik kesimpulan.
Bernalar memiliki beberapa tahapan yaitu mengerti, memutuskan, dan menyimpulkan. Mengerti adalah tahap dimana seseorang memahami segala aspek dari objek yang diamati, memutuskan adalah tahap menetapkan kesimpulan sementara berdasarkan fakta – fakta yang ada, dan menyimpulkan adalah tahap memberikan kesimpulan yang pasti mengenai objek yang diamati setelah fakta – fakta yang ada diuji kembali kebenarannya. Bahwa tahapan – tahapan ini sangat penting diterapkan dalam proses belajar mengajar oleh guru dan juga siswa.
Pada umumnya pengajaran di sekolah sampai saat ini masih konvensional yaitu guru aktif menjelaskan materi pelajaran sedangkan siswa hanya mendengar, mencatat, menghafal dan mengerjakan latihan yang diberikan guru. Banyak pendidik sangat yakin bahwa mengingat/menghafal adalah konsep yang paling penting dalam pendidikan. Seringkali penulis terlibat dalam perdebatan ini. Menurut penulis, otak manusia bukan diciptakan untuk menyimpan informasi. Terbukti dengan segala sesuatu yang kita hafalkan sebagian besar akan kita lupakan.
Terbukti apabila seseorang belajar dengan pola SKS (sistem kebut semalam) saat menghadapi ujian pada keesokan hari, walaupun pola ini cukup bermanfaat untuk menghadapi ujian, namun setelah ujian biasanya materi-materi tersebut akan terlupakan. Artinya apa yang sudah dipelajari tidak bermanfaat untuk hidup karena sudah dilupakan. Tentunya model pengajaran seperti ini tidak sesuai dengan tuntutan zaman karena akan berpengaruh pada rendahnya tingkat kemampuan bernalar siswa.
Kegiatan bernalar erat hubungannya dengan Merdeka Belajar yang merupakan paket kebijakan Mendikbud milenial, Nadiem Makarim. Konsep nalar inilah yang mendasari program Merdeka Belajar. Program Merdeka Belajar ingin mendorong manusia Indonesia yang cerdas dan mampu bertindak tanpa diperintah. Belajar karena butuh belajar bukan karena hanya ada Ujian Nasional. Konsep bernalar inilah yang menjadi fondasi dari SDM (sumber daya manusia) unggul Indonesia. Sayangnya, sebagian pendidik belum memahami konsep nalar dalam Merdeka Belajar ini.
Tidak dapat dipungkiri juga bahwa saat di bangku kuliah, Guru belum mendapatkan konsep pengajaran bernalar kepada peserta didik. Sehingga saat berada di depan kelas yang sebenarnya, Guru belum dapat menerapkan konsep nalar tersebut. Pelatihan Guru dalam pengajaran menggunakan metode penalaran juga belum maksimal dilakukan oleh Kemendikbud selama ini. Tidak semua guru tersentuh akan konsep nalar yang diharapkan dapat terwujud dalam pembelajaran di Era Merdeka Belajar.
Konsep Merdeka Belajar lahir karena Kemendikbud ingin menciptakan susasana belajar yang menyenangkan dan membahagiakan, bukan hanya bagi siswa, tetapi juga bagi guru dan orang tua. Selama ini banyak keluhan yang terjadi pada sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu diantaranya, siswa belajar karena dipatok oleh nilai, siswa belajar berorientasi hanya demi lulus Ujian Nasional.
Semua ini membuat siswa merasa terpenjara dalam belajar. Karena kurangnya keleluasaan yang diberikan dalam belajar, membuat siswa susah menangkap materi yang diberikan saat proses belajar mengajar berlangsung. Karena setiap siswa memiliki kemampuan nalar yang berbeda – beda. Selain itu setiap siswa juga memiliki cara belajar dan daya tangkap yang berbeda. Ini semua menjadi tantangan guru untuk mencari berbagai cara / inovasi dalam metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Esensi Merdeka belajar dan kemerdekaan dalam berfikir (termasuk didalamnya menggunakan metode penalaran dalam belajar) harus didahului oleh para Guru sebelum menerapkannya di dalam proses belajar mengajari di kelas kepada siswa. Guru harus memahami konsep Merdeka Belajar yang seutuhnya. Dalam proses belajar mengajar, peran guru sebagai pengelola kelas merupakan faktor yang sangat penting. Aktivitas dan kreativitas guru dalam menyampaikan materi pelajaran merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan belajar mengajar.
Metode pengajaran bernalar yang menyenangkan untuk siswa seharusnya sudah diberikan kepada guru – guru sejak dibangku kuliah. Sehingga ketika guru sudah mengajar di sekolah – sekolah, Guru paham akan penerapan konsep nalar tersebut dengan tepat. Itu akan membuat siswa menguasai materi yang diberikan. Guru harus terlepas dari metode pengajaran konvensional. Sebaliknya mencoba menggunakan metode – metode baru dalam memerdekakan belajar. Siswa tidak lagi belajar hanya sebatas menuntaskan materi untuk mendapat nilai yang memuaskan. Melainkan siswa belajar dengan keleluasaan berfikir. Cara ini membuat siswa memiliki banyak waktu untuk mengembangkan potensi mereka, menggunakan penalaran mereka pada setiap mata pelajaran. Ini akan membuat mereka dapat menyerap, menyimpan dan menerapkan pengetahuan dalam kehidupan mereka.
Keberhasilan dalam penerapan metode bernalar untuk siswa dalam belajar tidak cukup hanya dengan dukungan guru saja. Melainkan juga dukungan pemerintah dalam hal ini Kemendikbud dalam kebijakannya untuk tidak mematok nilai sebagai ketuntasan belajar, dan menyederhanakan kompetensi pelajaran yang harus didapatkan oleh siswa. Sehingga waktu pembelajaran setiap materi menjadi lebih lama. Dengan begitu guru memiliki waktu yang cukup untuk menerapkan metode bernalar dan memperhatikan kesulitan – kesulitan siswa selama pembelajaran.
Bila proses pembelajaran menerapkan semua itu, penulis yakin proses belajar mengajar di kelas menjadi lebih menyenangkan dan membahagiakan siswa. Bila itu terwujud, percayalah potensi siswa akan menjadi lebih tergali dan kualitas sumberdaya manusia Indonesia akan semakin meningkat dan cerdas. Ini sesuai tujuan didirikannya negara Indonesia: mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus memerdekakan manusia.
sumber foto : justdial.com