Masa Depan Ekonomi Bali yang Kuat, Gubernur Koster Seimbangkan Pariwisata, Pertanian dan Industri Kerajinan Rakyat

by -

Denpasar, Baliinside.id – Mewujudkan sistem perekonomian Bali yang kuat di masa depan, Gubernur Wayan Koster berupaya menyeimbangkan struktur perekonomian Bali. Selama ini perekonimian Bali terlalu bertumpu pada sektor pariwisata sehingga Gubenur Koster merancang skema pengembangan potensi pertanian dan industri kerajinan rakyat berbasis kearifal lokal.

Untuk mensinergikan ketiga sektor tersebut Gubernur Koster kemudian menyusun Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Provinsi Bali tentang Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP) Bali Tahun 2020-2040. Rancangan itu akan menjadi ‘blue print” bagaimana menata pembangunan Bali secara fundamental yang komprehensif dengan mengimplementasikan visi Pembangunan Daerah Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru.

Pada Senin (15/6) siang, Raperda ini pun disetujui oleh DPRD Bali sebagai peraturan daerah (Perda) dalam Rapat Paripurna DPRD Provinsi Bali ke-5 yang digelar secara virtual di Gedung DPRD Provinsi Bali, Denpasar. Dalam rapat yang dipimpin Ketua DPRD Bali Nyoman Adi Wiryatama itu, Gubernur Koster mengatakan mewujudkan visi tersebut dengan keseluruhan tantangan pembangunan Bali ke depan perlu diatur dengan Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur. “Perda ini adalah arahan untuk menyeimbangkan struktur perekonomian Bali yang semula terlalu tinggi bergantung pada pariwisata agar menjadi lebih seimbang dengan tiga unsur utama yaitu pertanian, pariwisata dan industri ,” jelas Ketua DPD PDIP Provinsi Bali ini.

Gubernur Koster menilai selama ini, Bali justru lebih banyak berkutat di sektor hulu dari pertanian maupun industri kerajinan rakyat. Di pihak lain ia menilai belum ada yang secara serius memikirkan dan berkomitmen dengan untuk melakukan hilirisasi dari pertanian sehingga memiliki nilai tambah dan bisa bersaing di pasar lokal, nasional maupun global.

Mantan anggota DPR RI tiga periode ini menilai struktur perekonomian di Bali harus diubah agar lebih seimbang antara pariwisata, pertanian dengan industri kerajinan rakyat. “Sekarang ini sangat timpang, 50 persen lebih itu bergantung pada pariwisata dan hanya sekitar 17-an persen itu bersumber dari pertanian. Dan hanya sekitar 20 persen lebih dikit bisa ditopang oleh industri jasa dan juga jasa-jasa yang lainnya,” sebutnya.

Dengan melihat kenyataan itu dan potensi yang dimiliki, maka perlu dikembangkan secara seimbanga ketiga sektor tadi agar struktur perekonomian Bali ke depannya lebih memiliki ketahanan kuat terhadap berbagai guncangan ketika misalnya sektor pariwisata sedang mengalami masalah, sektor pertanian dan industri tetap bertahan. “Jadi industri yang akan kita bangun ini adalah, nomor satu, industri yang berkaitan dengan upaya kita untuk melakukan hilirisasi dari pertanian itu sendiri agar nilai-nilai hasil pertanian kita itu menjadi memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tuturnya.

Menyangkut sektor pariwisata Bali yang terlihat lebih dominan ketimbang pertanian, Gubernur Koster meminta agar tidak terus dijadikan dikotomi antara pariwisata dengan pertanian. Sebab menurut dia, Bali memerlukan kedua sektor tersebut. Justru kedua sektor tersebut baik pariwisata maupun pertanian harus dijalankan secara simultan dan berimbang.

Sektor pertanian lanjutn dia, sudah menjadi kekuatan utama dan melekat di alam Bali sehingga harus dijadikan sebagai sumber utama dalam pengembangan industri. Bali tuturnya memiliki berbagai macam buah-buahan dengan branding Bali, seperti salak Bali, jeruk Bali, manggis Bali dan durian Bali.
Selain itu juga ada beras Bali, sapi Bali, babi Bali sampai anjing Bali.”Sebenarnya kita sudah memiliki merek Bali yang sudah baik,” tutupnya.