Baliinside.id, Denpasar – Seorang pemimpin harus berani melakukan perbedaan dan memastikan perubahan positif terhadap lingkungan. Untuk itu kualitas pemimpin harus didukung kemampuan untuk menjadi role model dalam melakukan perubahan mindset (mental switching), dari kondisi zona nyaman menjadi zona yang kompetitif dan inovasi. Seorang pemimpin harus dekat dengan rakyat sehingga mampu menggerakkan masyarakat bergerak ke arah yang lebih baik.
Hal ini dikatakan Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati ketika menjadi narasumber pada acara “Experience Sharing : Leadership & Comfort Zone”, Serangkaian kegiatan HUT ke-55 Badan Kekeluargaan Fakultas Hukum (BKFH) Universitas Udayana (UNUD) di Aula Fakultas Hukum, UNUD, Denpasar.
“Pemimpin adalah seorang yang dapat melihat daripada apa yang dilihat orang lain. Melihat lebih jauh dari orang lain dan melihat sebelum orang lain melihatnya,” jelas Cok Ace.
Ia menambahkan, untuk menjadi seorang pemimpin maka harus bisa keluar dari zona nyaman. Karena menurut Cok Ace, zona nyaman membuat orang akan sulit untuk maju dan berkembang.
“Kita harus keluar dari zona nyaman. Kalau kita terus berada dalam zona nyaman, maka kita akan tetap berada pada posisi itu saja. Selain itu, jangan pernah berhenti untuk bermimpi menjadi pemimpin. Saya yakin semua yang hadir disini pasti akan menjadi pemimpin kedepan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Cok Ace mengatakan jika ciri-ciri orang yang berada pada zona nyaman ialah percaya akan pengalaman diri sendiri. Tidak berani berinfestasi. Melakukan rutinitas tanpa evaluasi dan suka menyerang atau menyalahkan orang lain.
“Tanpa disadari, zona nyaman tersebut sudah membuat kita sulit untuk maju dan berkembang. Sebab, yang kita kerjakan hanya itu-itu saja tanpa adanya inovasi atau pelajaran baru yang diterima,” ungkapnya.
Dengan keluar dari zona nyaman akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih open-minded. Sebab, memiliki pemikiran yang terbuka akan mengeksplorasi pikiran kita untuk menjadi lebih kreatif, tampil beda, menerima pada pengalaman dan cara pandang yang baru.
Sementara untuk menjadi pemimpin, dikatakan Cok Ace hendaknya kita harus memelihara 3 (Tiga) mata dalam diri yakni Mata Indera, meliput indera penglihatan yang berfungsi untuk menggali wiweka, pengetahuan dan logika dalam memimpin. Kemampuan ini dapat diasah melalui pendidikan. Selanjutnya Mata Hati, meliputi nurani dan perasaan yang oenting dalam memimpin. Empati terhadap orang lain dan sekeliling bergantung pada keadaan dan asosiasi lingkungan sekitar. Serta Mata Badan, yang merupakan kemampuan untuk bergerak cepat dan refleksi, baik untuk melindungi diri mauoun untik berkarya. Kemampuan ini merupakan bakat kepemimpinan sejak lahir.
“Jangan pernah berhenti untuk bergerak.
Karena disaat kita bergerak maka tuhan akan memberikan kita pilihan. Setelah itu kita pilih ingin seperti apa. Apa yang kita pilih itukah yang akan kita peroleh nantinya,” imbuh Cok Ace.