Selama Pandemi, 73 Ribu lebih Masyarakat Bali Dirumahkan, 2,6 Ribu Lainnya Di PHK, Ekonomi Bali Berharap Pada Wisatawan Mancanegara

by -

Denpasar, Baliinside.id – Dampak pandemi COVID-19 terhadap perekonomian Bali telah mulai dirasakan yaitu; lumpuhnya pariwisata, penurunan omset penjualan UMKM dan Koperasi, penurunan penjualan produk pertanian dan industri kerajinan rakyat, yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Bali mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif), pada Triwulan I sebesar -1,14% dan pada Triwulan II sebesar -10,98%. Para pekerja di sektor formal usaha jasa pariwisata telah mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 2.667 orang dan yang sudah dirumahkan sebanyak 73.631 orang.

Untuk membantu meringankan beban masyarakat berbagai kebijakan dan bantuan sosial telah diberikan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Diantaranya bantuan berupa kartu prakerja. Hingga saat ini, sekitar 1,3 juta orang telah menerima bantuan tersebut di seluruh Indonesia. Sementara bantuan lain seperti BLT Dana Desa, BST, PKH dan bantuan lain terus ditambah penerimanya. Khusus di Bali pemerintah Provinsi juga telah memberikan bantuan sosial khusus bagi siswa dan mahasiswa, UMKM dan Koperasi untuk menggerakan kembali perekonomian dan mengurangi PHK.

Munculnya pandemi COVID-19 yang menimpa 215 negara di dunia, termasuk di Indonesia dan di Bali, telah menimbulkan dampak luas dan serius dalam berbagai bidang kehidupan kesehatan, sosial, dan ekonomi termasuk pariwisata, yang telah dirasakan oleh masyarakat Bali secara umum.

Sedangkan untuk pariwisata, sudah mulai dibuka kuhususnya untuk wisatawan nusantara. Hasilnya sejak dibuka tanggal 31 Juli 2020, jumlah wisatawan nusantara (domestik) yang berkunjung ke Bali melalui pintu Bandara I Gusti Ngurah Rai telah meningkat mencapai lebih dari 100%. Sampai tanggal 14 Agustus 2020, jumlah wisatawan nusantara yang melalui pintu Bandara I Gusti Ngurah Rai mencapai sekitar 2300-2500 orang per hari.

Dari kunjungan tersebut diketahui aktivitas membuka wisatawan nusantara tidak menimbulkan dampak terhadap kasus COVID-19; tidak terjadi peningkatan kasus baru COVID-19, tidak memunculkan cluster baru kasus COVID-19. Munculnya kasus baru COVID-19 dapat dikendalikan, tingkat kesembuhan makin tinggi, dan tingkat kematian dapat dikendalikan.

Karenanya, pemerintah masih menyiapkan tahapan selanjutnya untuk membuka keras wisatawan mancanegara. Namun sangat disayangkan, berdasarkan artikel yang dimuat Okezone.com pemerintah Australia masih melarang warganya untuk berwisata ke Bali. “Jangan berwisata ke Indonesia, termasuk Bali,” terang pemerintah Australia, Mark McGowan.

Penyebabnya salah satunya yakni tingkat pengujian terhadap oenyebaran  covid-19 masih dinilai rendah. Hal itu juga berdampak pada warga asing tak bisa kembali ke negaranya sampai mereka dinyatakan negatif Covid-19.

Hal senada juga disampaikan oleh Gubernur Bali, I Wayan Koster. Menurutnya belum ada satu pun negara di dunia yang memberlakukan kebijakan untuk mengijinkan warganya berwisata ke luar dari negaranya. Bahkan negara-negara di dunia memberlakukan kebijakan pembatasan aktivitas yang sangat ketat terhadap warganya karena pandemi COVID-19 masih mengalami peningkatan sehingga mengancam kesehatan dan keselamatan warganya. Sebagai contoh, Australia yang warganya paling banyak berwisata ke Bali baru berencana mengizinkan warganya untuk berwisata pada tahun 2021. Demikian pula halnya Tiongkok, Korea, Jepang, dan negara-negara di Eropa.

Oleh karena itu, sampai akhir tahun 2020 ini, Pemerintah Provinsi Bali akan mengoptimalkan upaya mendatangkan wisatawan nusantara berkunjung ke Bali dalam rangka memulihkan pariwisata dan perekonomian Bali.