Oleh Ni Made Shandyastini, S.Pd., M.Pd
“Sistem pendidikan nasional harus mengedepankan nilai-nilai Ketuhanan yang berkarakter kuat dan berakhlak mulia serta unggul dalam inovasi dan teknologi,” tegas Presiden Joko Widodo.
Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraan di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI pada 16 Agustus 2020 menyampaikan pentingnya pendidikan karakter untuk melahirkan sumber daya manusia (SDM) bangsa Indonesia yang unggul. Sejalan dengan Visi Presiden, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menginterpretasikannya ke dalam lima kelompok yaitu prioritas utama pendidikan karakter, deregulasi dan debirokratisasi, meningkatkan investasi dan inovasi, penciptaan lapangan kerja, dan pemberdayaan teknologi. Upaya tersebut tentunya sebagai antisipasi era Revolusi Industri 4.0 yang semakin terpenetrasi dan memberikan dampak terjadinya disrupsi serta merubah pola hubungan antara manusia disegala aspek kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Eksistensi upaya-upaya yang dilaksanakan pemerintah dalam menghadapi persaingan global kian mendapat ujian dengan adanya pandemi COVID-19. Penyebaran pandemi COVID-19 bukan hanya berdampak pada kesehatan, perekonomian, sosial masyarakat, tapi juga implikasinya pada bidang pendidikan di Indonesia. Di bidang Pendidikan, salah satu kebijakan Kemendikbud untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 adalah menerapkan “Belajar dari Rumah”.
Penyesuaian Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19 (Kemendikbud.go.id) melahirkan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh guru, orang tua siswa, dan siswa. Dari aspek guru, terjadi kesulitan dalam mengelola Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan cenderung fokus pada penuntasan kurikulum. Berkurangnya waktu belajar dari kondisi sebelum pandemi dan setelah mewabahnya pandemi mengakibatkan guru tidak mungkin memenuhi beban jam mengajar. Kemudian keterbatasan kontak fisik maupun muka secara langsung berimbas pada kesulitan guru untuk melakukan komunikasi dengan orang tua siswa sebagai mitra dirumah. Kondisi darurat Kesehatan ini juga mengakibatkan terjadinya perubahan situasi belajar dari ruang kelas secara langsung antar guru dan siswa menjadi dari rumah secara jarak jauh. Alhasil, banyak guru tergagap-gagap menyikapi perubahan rutinitas pengajaran yang telah berlangsung bertahun-tahun lamanya. Ketidak terampilan guru dalam menggunakan dan menguasai teknologi untuk menunjang pembelajaran jarak jauh menjadi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi.
Dari aspek Orang Tua, tidak semua orang tua siswa mampu mendampingi anak belajar dirumah karena ada tanggung jawab lainnya seperti bekerja, urusan rumah, dan lain sebagainya. Disamping itu kurangnya kemampuan Orang Tua dalam memahami pelajaran dan memotivasi anak juga menjadi kendala saat mendampingi anak belajar di rumah. Dari sisi Siswa, terjadi kesulitan konsentrasi belajar dari rumah dan mengeluhkan beratnya penugasan soal dari guru, serta peningkatan rasa stress dan jenuh akibat isolasi berkelanjutan yang berpotensi menimbulkan rasa cemas dan depresi bagi anak. Belum lagi terkait akses ke sumber belajar karena keterbatasan jangkauan listrik atau internet serta dana untuk melaksanakan PJJ secara online. Keseluruhan permasalahan tersebut berpotensi mengganggu kesuksesan peningkatan pengetahuan akademik siswa. Penanaman dan pengembangan karakter siswa juga akan terganggu dari adanya perubahan situasi dan keterbatasan pembelajaran. Sebagaimana kita ketahui, guru memiliki peran yang strategis di sekolah, tidak hanya sekedar mendidik dan mentransfer materi akademik, lebih dari itu diharapkan menjadi role model dalam menanamkan nilai-nilai positif pada siswa.
Kebijakan Merdeka Belajar yang digagas oleh Mendikbud kembali berpulang pada peran penting guru dalam pembelajaran. Guru memiliki kebebasan secara mandiri untuk menerjemahkan kurikulum sebelum diajarkan kepada para siswa. Kebebasan dalam konteks guru dan siswa adalah kebebasan untuk mengembangkan dasar-dasar karakter kebangsaan, berinovasi, belajar dengan mandiri dan kreatif. Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu peletak filosofi pendidikan bangsa Indonesia juga telah mencetuskan peran penting Guru dalam Semboyan “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”, yang artinya sebagai seorang guru di depan memberi teladan, di tengah membimbing (memotivasi, memberi semangat, menciptakan situasi kondusif), dan di belakang mendorong (dukungan moral). Menumbuhkan karakter siswa untuk menjawab masalah pendidikan pada abad ke-21 yang didominasi oleh penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran serta diakselerasi dengan adanya pandemi COVID-19 menjadi sangatlah penting. Kemendikbud telah merumuskan konsep Pendidikan Karakter di sekolah berdasarkan nilai-nilai Gerakan Nasional Revolusi Mental (GRNM) serta karakter yang dibutuhkan untuk menyongsong generasi emas Bangsa Indonesia yakni nilai nasionalisme, integritas, kemandirian, gotong royong, dan religius. Untuk menjaga eksistensi visi dan misi pemerintah terkait Pendidikan karakter agar tetap dapat berjalan, guru harus berkolaborasi dengan orang tua dan siswa dengan baik.
Pandemi COVID-19 memberikan pelajaran pentingnya menjaga kesehatan, kebersihan diri dan lingkungan, serta kerjasama seluruh pihak. Dalam konteks implementasi Ing Ngarso Sung Tulodho, sudah saatnya guru menjadi teladan dan contoh bagi siswanya tentang pentingnya melakukan protokol kesehatan. Guru menempatkan dirinya sebagai model untuk memastikan bahwa pola-pola lama terkait dengan kesehatan khususnya di lingkungan sekolah tidak relevan lagi dan diganti dengan pola-pola yang baru baik disampaikan secara daring maupun praktik secara langsung. Misalkan menerapkan etika bersin, rajin mencuci tangan, dan lain sebagainya. Guru berkewajiban untuk berinovasi dan berkreasi untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi sehingga akan memberikan imbas bagi guru lain yang mengalami permasalahan serupa. Misalnya meningkatkan literasi digital dengan mengembangkan Learning Management System (LMS) atau menggunakan platform belajar gratis yang sudah ada seperti Moodle, Google Clasroom, Edmodo, Schoology, dan Microsoft 365. Guru sepatutnya menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua/wali siswa dalam mengawal pembelajaran siswa misalkan dengan membentuk forum komunikasi menggunakan aplikasi Whatsapp, Telegram, Kaizala, dan aplikasi lainnya. Hal ini merupakan contoh kontekstual bagi siswa pentingnya nilai-nilai gotong royong untuk menyukseskan pembelajaran di masa pandemi COVID-19.
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dilaksanakan baik secara sinkronus, asinkronus, maupun bentuk lainnya dimasa Pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi pengembangan nilai-nilai nasionalisme, integritas, kemandirian, dan religius. Penerapan semboyan Ing Madyo Mangun Karso tentunya guru senantiasa dapat menjaga dan membangkitkan motivasi siswa dalam melaksanakan PJJ. Membuat siswa “hadir utuh dan sadar penuh” dalam pembelajaran daring tentu bukan perkara mudah. Guru harus merencanakan pembelajaran dengan baik melalui analisis karakteristik peserta didik, dan menyusun skenario pembelajaran (RPP) berbasis Pendidikan karakter dengan cermat agar tidak membebani siswa secara psikologis. Karena dilakukan secara daring, maka konten pembelajaran yang disampaikan kepada siswa haruslah relevan dengan materi pembelajaran, karakteristik siswa (gaya belajar) dan semenarik mungkin. Guru bisa memanfaatkan media visual, video, game interaktif, animasi, dan lainnya. Pemilihan metode pembelajaran juga sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Untuk tetap membuat siswa berpikir kritis dan produktif, guru dapat memanfaatkan metode problem based learning, project based learning, maupun contextual learning. Ini dilakukan untuk memberikan pembelajaran bermakna bagi siswa, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar secara mandiri.