Baliinside.id, Denpasar —Sekretaris Daerah Dewa Made Indra selaku Ketua Satgas Covid-19 Provinsi Bali meminta agar Satgas gotong royong berbasis Desa Adat dan Satgas Penanggulangan Covid-19 di tingkat Desa (Desa Dinas) mampu BERSINERGI diantaranya menyatukan posko dan bersama-sama melakukan pengawasan dan edukasi kepada seluruh masyarakat khususnya Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang sekarang disebut sebagai pelaku perjalanan (PP) yang baru datang ke Bali.
Untuk itu Ketua Satgas Covid-19 Provinsi Bali yang didampingi Kepala Dinas PMD I Putu Anom Agustina, Kepala Dinas Pemajuan Masyarakat Adat A.A Kartika dan Kepala Pelaksana BPBD I Made Rentin mengunjungi enam (6) lokasi yakni Desa Adat Kota Tabanan, Desa Delod Peken, Desa Dajan peken, Desa Denbantas, Desa Adat Bentingguh Kabupaten Tabanan dan Terminal Mengwi Kabupaten Badung. Kunjungan ini dilaksanakan pada, Minggu (5/3).
Dari data yang didapat sebanyak 712 pekerja migran Indonesia atau pelaku perjalanan asal Tabanan yang datang dan sudah di lengkapi surat keterangan sehat, cek suhu tubuh, rapid test di Bandara Ngurah Rai dan dinyatakan negatif Covid-19. Sementara jika ada pekerja migran Indonesia yang datang lebih awal dan belum menjalani rapid test, Dewa Indra meminta agar mereka tetap melakukan isolasi mandiri secara ketat bahkan jika perlu melakukan rapid test.
Selain pekerja migran Indonesia, ABK dan pelaku perjalanan yang datang melalui Bandara Ngurah Rai, Tabanan juga kedatangan sejumlah santri asal Jawa Timur yang memang berdomisli di Tabanan. Untuk data terakhir, santri yang sudah datang melalui terminal Pesiapan sebanyak 74 orang pada Sabtu kemarin, 28 orang untuk hari ini dan 25 orang hari Sabtu lalu.
Untuk ke depannya Dewa Indra juga meminta kerjasama Ketua Dewan Masjid se-Tabanan untuk turut mengawasi para santri mereka yang baru datang dari luar Bali. “Untuk mendukung pengobatan khususnya karantina bagi pasien dalam pengawasan, Pemerintah Kabupaten Tabanan sudah menyiapkan 7 kamar isolasi di RSUD Tabanan, dan sedang disiapkan 100 kamar isolasi di RS Nyitdah, Kediri Kabupaten Tabanan,” terangnya.
Dengan kedatangan PMI yang kembali pulang ke rumah mereka masing-masing menimbulkan kecemasan warga sekitar. Lantaran mereka takut terserang pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, Ketua Satgas Dewa Made Indra meminta agar masyarakat secara luas tidak mengucilkan pekerja migran Indonesia yang baru datang, karena bagaimanapun mereka adalah tetap warga Bali yang harus dilindungi hak dan keselamatannya,
“semua pihak khususnya Kasatgas Desa bersama penglisir terus melakukan sosialisasi kepada warganya agar tidak menolak, menjauhi apalagi mengucilkan pekerja migran Indonesia yang baru dan akan datang, karena mereka adalah anak-anak kita. Selain pejuang devisa mereka juga pejuang bagi keluarganya, mereka terpaksa kembalipun itu karena wabah dan bencana, jika kita tolak mereka terus mau dibawa kemana lagi merek,” ungkap Dewa Made Indra
Tim Satgas sebagai ujung tombak dalam mengawasi pekerja migran Indonesia dan santri yang datang diharapkan menguatkan upaya sosialisasi dan kolaborasi pemahaman bagi masyarakat yang belum mengerti terkait penyebaran virus ini. “Secara tidak langsung penyebaran virus Covid-19 dapat terjadi dengan dua (2) cara yakni diakibatkan secara imported case (1 orang) yang sudah terjangkit di negara asal dia bekerja (zona merah) dan yang kedua adalah melalui transmisi lokal yang diakibatkan oleh penyebaran satu orang yang tadi ke tengah lingkungannya, yang dimulai dari keluarga terdekat, teman teman dan kemudian meluas ke tengah lingkungannya,” ungkap Ketua Satgas Penanggulangan Covid-19
Kepala Desa Denbantas Ida Bagus Made Surya Perbawa mengatakan pihaknya secara khusus membuat data pekerja migran Indonesia asal wilayahnya yang sudah datang kembali, dan melakukan pengawasan secara intensif kepada mereka agar tetap melakukan isolasi diri selama 14 hari dirumah masing-masing. Hal ini tertib dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona ditengah warga yang menetap di Bali khususnya Tabanan.
Pada kesempatan ini, Ketua Satgas Covid-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra menekankan jangan pernah menolak jika wilayahnya dijadikan sebagai tempat karantina, karena karantina adalah tempat transit bagi pasien dalam pengawasan untuk penyembuhan dengan pengawasan yang ketat. Pihaknya juga menambahkan bahwa penularan Covid-19 bukan melalui udara melainkan dari cairan yang keluar akibat bersin dan batuk yang kemudian ditutup dengan tangan lalu tangan tidak dicuci melainkan menyentuh benda-benda lain termasuk bersalaman. “Dari inilah kita yang sehat wajib menjaga kesehatan diri dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat salah satunya rajin mencuci tangan,” imbuh Dewa Indra.