DENPASAR- 10 komunitas seni diplot untuk memeriahkan Bulan Bung Karno yang dirayakan Provinsi Bali, Minggu (21/6). Merespons protokol kesehatan di masa pandemi Coronavirus Disease alias Covid-19, Teater Tiga SMAN 3 Denpasar, SMKN 3 Sukawati, SMKN 5 Denpasar, SLBN 1 Badung, Komunitas Mahima, Teater Selem Putih, Mr. Botak & Band, Sanggar Gumiart, Teater Kini Berseri, dan Penggak Men Mersi akan menggelorakan semangat Bung Karno secara virtual melalui kanal youtube pukul 19.00-21.00.
Putu Satria Kusuma, sutradara Teater Selem Putih mengapresiasi pagelaran seni virtual “Bung Karno dan Bali” yang diprakarsai Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Gubernur Bali Wayan Koster terangnya memberikan perhatian nyata agar para seniman tetap berkarya di masa pandemi Covid-19.
“Belum tentu daerah lain melakukan ini. Pemprov Bali saya kira adalah pelopor dalam hal ini. Bahwa seniman pun diberi tempat bagi saya adalah penghargaan luar biasa. Seni masih dipercaya ikut berperan menyampaikan pesan dengan bahasa estetik audio visual kepada masyarakat melalui tontonan virtual,” ucapnya, Rabu (17/6).
Pesan yang dipilih dalam pementasan virtual karyanya, papar Putu Satria mengacu tema Bung Karno dan Bali. Tema tersebut digarap kontekstual dan menyangkut masalah kekinian dalam upaya menjaga api semangat nasionalisme yang dipantik Sang Proklamator Ir. Sukarno. “Sebelumnya Disbud Pemprov Bali juga sudah mengajak 202 komunitas seni untuk berkarya menyebarkan pesan penguatan semangat gotong royong dalam menghadapi Covid-19,” imbuhnya.
Putu Satria Kusuma tak menampik ada tantangan baru yang dihadapinya dalam mengemas karya pertunjukan teater secara virtual. Diakuinya, Teater Selem Putih masih mencari cara menyajikan pentas yang sesuai dan mencerminkan karakter estetika via media virtual.
“Seniman yang lawas dan yang baru tetap menghadapi era baru virtual. Dan kita dalam hal ini tidak kerja sendiri, tapi berkolaborasi dengan mereka yang tahu teknik audiovisual. Yang agak sulit karena adanya batasan protokol Covid-19 dalam menyajikan karya. Misalnya tak boleh kolosal dalam satu frame,” ungkap seniman asal Desa Banyuning, Buleleng itu.
“Bagi seniman, berkarya tetap dilakukan. Ada tidak ada korona atau ada tidak ada anggaran pemerintah. Saya yakin semua seniman tetap berkarya karena hal ini adalah panggilan batin,” sambungnya. Ke depan, Putu Satria Kusuma optimis akan terus mengembangkan seni pertunjukan dikawinkan dengan seni film. “Ini baru mulai. Dan harus direspons oleh seniman untuk menyampaikan tanggung jawabnya kepada warga di era medsos,” tutupnya. ( IST )