Dekranasda Bali Go Internasional, Ardha: Ini Tantangan Bagi Perajin

by -

DENPASAR- Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali menjalin kerja sama “keren” dengan PT Angkasa Pura 1 (Persero). Ketua Dekranasda Bali, Ni Putu Putri Suastini Koster ditemui langsung di ruang kerjanya beberapa waktu lalu menyebut para perajin dan pengusaha lokal Bali akan mendapat kesempatan “pamer kualitas” di areal Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Hal tersebut merupakan salah satu wujud konkrit perhatain dan keberpihakan Pemprov Bali dan Angkasa Pura terhadap UMKM dan UKM Bali.

Langkah tersebut ungkap Ketut Ardanen, owner Baliwa Songket Collections sangat luar biasa. Perajin akan mendapatkan “tantangan” untuk menghasilkan karya terbaik. Regenerasi perajin otomatis juga bisa “tumbuh subur” karena mendapatkan pemasukan yang setimpal dengan jerih payah mereka. Setimpal dimaksud berhubungan dengan harga tinggi lantaran berhadapan dengan pasar internasional.

“Ini merupakan terobosan yang luar biasa untuk pengenalan hasil kerajinan lokal yang dihasilkan oleh perajin, UMKM ataupun IKM. Masyarakat luas akan tahu kualitas kerajinan kita di Bali. Dengan catatan para perajin harus mampu menghasilkan hasil dari inovasi kreatif yang benar-benar berkualitas,” ucapnya Minggu (20/7).

Terobosan Dekranasda Provinsi Bali imbuh pria yang akrab disapa Ardha itu akan membuat perajin Bali dikenal masyarakat luas sehingga lebih mudah memasarkan produknya. Selain itu juga bisa meningkatkan daya tarik bagi konsumen dan menaikkan omset para perajin. “Omset naik otomatis produktivitas dan kualitas naik. Tak dapat dipungkiri bila perajin sejahtera maka produktivitas mereka untuk menghasilkan karya terbaik akan tumbuh dengan sendirinya,” ungkapnya.

Lebih jauh, Ardha optimis program Dekranasda Bali, yakni melestarikan serta mengembangkan kerajinan sekaligus perekonomian para entrepreneur estetika akan terwujud. Kearifan lokal terangnya harus dibangkitkan. Semakin tinggi animo masyarakat untuk menggunakan produk kerajinan lokal, maka permintaan semakin meningkat dan semakin semangat pula para perajin berkarya.

“Khususnya kerajinan songket tenun cagcag. Tenun jenis ini memiliki keunikan tersendiri. Beda dengan kain tenun tanpa sambungan yang menggunakan ATMB (alat tenun bukan mesin) alias bukan cagcag lagi yang memiliki tingkat kerumitan tersendiri. Perajin harus bisa menemukan kesamaan pada kedua sisi yang disambung. Kalau ATBM bisa dikerjakan dalam bentuk sama dan lebih banyak. Beda dengan cagcag yang rumit. Tapi itulah ciri khas tenun cagcag Bali. Kalau tenun cagcag ini dilihat desainer internasional, wah bakal repot kita meladeni pesanan mereka,” ungkapnya . ( IST )o